![]() |
Masjid Agung Demak, peninggalan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berdiri pada sekitar abad ke-15.(Shutterstock/Kholidubnukhan) |
Demak sebelumnya adalah sebuah daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Demak secara geograis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria.
Dalam bukunya yang berjudul “Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara” (1963), Mohammad Ali menulis bahwa pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Tanaman gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah rawa-rawa. Dalam perantauannya itu, Raden Patah sampai ke daerah rawa di tepi selatan Pulau Muryo (Muria), sebuah kawasan rawa-rawa besar yang menutup laut (atau lebih tepatnya sebuah selat) yang memisahkan Pulau Muryo dengan daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa; kemudian tempat tersebut dinamai Raden Patah sebagai “Demak.”
Berdirinya kerajaan Demak sendiri tidak bisa lepas dari sejarah kerajaan Majapahit yang berkuasa di pulau Jawa. Majapahit sebagai sebuah kerajaan besar di Nusantara yang memiliki Mahapatih Gadjah Mada dengan sumpah Palapanya, sekitar akhir abad ke-15 mulai mengalami masa-masa keruntuhannya. Pada saat itulah secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri dari Majapahit. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut kemudian saling serang dan saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah yang mendapat dukungan dari Walisongo dan Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar.
Menurut Slamet Muljana (2005), Raden Patah diangkat sebagai bupati oleh Prabu Brawijaya dan Gelagah Wangi diganti namanya dengan “Demak” dengan ibu kota bernama “Bintara.” Dari nama wilayah baru itulah Raden Patah kemudian dikenal sebagai Pangeran Bintara di kaki Gunung Muria.
![]() |
Gambar: Raden Patah |
Setelah merasa kuat karena memiliki daerah yang strategis dan mempunyai dukungan baik dari Walisongo dan kerajaankerajaan Islam di Jawa, maka para wali memerintahkan agar Raden Patah menjadikan Demak sebagai kerajaan Islam dan memisahkan diri dari kerajaan Majapahit. Tekad untuk mendirikan kerajaan Demak yang merdeka menjadi semakin bulat mengingat daerah Demak mempunyai peluang untuk berkembang pesat menjadi kota besar dan pusat perdagangan.
Raden Patah kemudian mengumpulkan para pengikutnya, baik dari masyarakat Jawa maupun Cina, untuk melakukan perlawanan terhadap kerajaan Majapahit. Dalam perlawanan itu, Radeng Patah juga mendapat bantuan dari beberapa daerah lain di Jawa yang sudah memeluk agama Islam seperti Jepara, Tuban, dan Gresik. Setelah berhasil mengalahkan Majapahit, Raden Patah pun kemudian mendirikan kerajaan Islam Demak. Dalam cerita yang lain, setelah merobohkan Majapahit, Raden Patah kemudian memindahkan semua alat upacara kerajaan dan pusaka Majapahit ke Demak sebagai lambang tetap berlangsungnya kerajaan kesatuan Majapahit tetapi dalam bentuk baru di Demak.
Ada banyak versi tentang tahun berdirinya kerajaan Demak. Menurut Slamet Muljana dalam buku “Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara Negara Islam di Nusantara,” kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 atau setahun sebelum berdirinya masjid Agung Demak. Sementara kebanyakan sejarawan berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500. Asumsi yang mereka bangun adalah bahwa perlu rentang waktu 21 tahun semenjak didirikannya Masjid Demak untuk membangun fondasi kemasyarakatan dan menyusun kekuatan di Demak.
Raden Patah atau Jin Bun adalah salah seorang keturunan Raja Brawijaya dari salah seorang istrinya yang disebut Putri Cina. Dikisahkan bahwa pada awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang Putri yang cantik kepada Raja Brawijaya di kerajaan Majapahit sebagai tanda persahabatan antara kedua negara. Putri yang cantik dan pintar ini segera merebut perhatian dan mendapatkan tempat yang istimewa di hati Brawijaya. Semua kemauan yang diinginkan sang putri cantik ini dituruti oleh Raja Brawijaya.
Namun karena Ratu Dwarawati, sang permaisuri yang berasal dari Campa, merasa cemburu terhadap Putri Cina tersebut, terpaksa Raja Brawijaya memberikan Putri Cina yang sedang mengandung kepada Arya Damar yang kala itu menjabat sebagai adipati Palembang. Setelah Putri Cina melahirkan Raden Patah di Palembang, barulah Arya Damar menikahi Putri Cina tersebut dan melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama Raden Kusen. Dengan demikian maka Raden Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung seibu tapi berlainan ayah.
Karena menolak untuk menjadi adipati di Palembang, maka Raden Patah dan Raden Kusen kemudian berlayar ke Jawa dengan menaiki kapal dagang yang menuju Surabaya dan menjadi santri di pesantren Ampel Denta (Ngampel Denta). Di sana, Raden Patah mempelajari ajaran Islam bersama muridmurid Sunan Ampel yang lainnya seperti Raden Paku (Sunan Giri), Maulana Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kasim (Sunan Drajat). Sementara Raden Kusen kembali ke Majapahit dan diangkat menjadi adipati Terung oleh Prabu Brawijaya. Di Ngampel Denta, Raden Patah diangkat menjadi menantu oleh Sunan Ampel yang dinikahkan dengan cucu perempuannya, anak sulung dari Nyai Gede Waloka. Setelah menikah, Raden Patah pindah ke Jawa Tengah dan mendirikan pesantren yang diberi nama Glagahwangi, lalu mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar.
Semakin lama pesantren Glagahwangi makin maju dan menyebabkan Prabu Brawijaya menjadi khawatir apabila Raden Patah memiliki niat untuk memberontak. Prabu Brawijaya akhirnya memutuskan memberi perintah terhadap Raden Kusen untuk memanggil Raden Patah datang ke Majapahit. Setelah Raden Patah setuju datang ke Majapahit, Prabu Brawijaya malah merasa terkesan dan mengakui kembali Raden Patah sebagai putranya.
Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Saat sebelum memberontak kepada Majapahit, Jin Bun atau Raden Patah adalah bupati yang ditempatkan di Demak atau Bintara. Tahun 1500 Demak menyerang Majapahit lalu memenangkan pertempuran dan memindahkan pusat Pemerintahan ke Demak. Hal ini juga menegaskan bahwa kerajaan Demak adalah ahli waris dari keraaan Majapahit sehingga seluruh kekuasaan Majapahit menjadi hak milik kerajaan Demak.
Dalam bidang Dakwah, Raden Patah mencoba untuk menerapkan Hukum Islam sebagai panduan aspek kehidupan maka didirikanlah Masjid Agung Demak yang merupakan salah satu masjid tertua yang pertama di Indonesia. Masjid ini juga mempunyai nilai sejarah yang tinggi bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintara. Banyak masyarakat yang mempercayai masjid ini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para walisongo ( Wali Sembilan ) penyebar agama Islam.
Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546).
Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Untuk menjadikan Demak sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam, Sultan Trenggana membantu penyiaran agama Islam dan pendirian kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggana, Trenggono juga berhasil membawa Demak dalam memperluas wilayah kekuasaannya. Untuk menjadikan Demak sebagai pusat kekuasaan di Jawa, mula mula daerahdaerah di Jawa ditaklukan, kekuasaan Demak yang saat dipimpin oleh Sultan Trenggono akhirnya meliputi sebagian Jawa barat, Jayakarta, Jawa tengah, dan sebagian Jawa timur. Penaklukan pesisir utara Jawa barat dilakukan oleh Fatahillah,yang turut merintis berdirinya kerajaan Banten dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut oleh Demak. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Perkembangan Sosial dan Politik
Demak terletak di wilayah yang sangat strategis yaitu di jalur perdagangan nusantara. Hal ini memungkinkan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim. Demak mempunyai andil besar dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung daerah penghasil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian timur dan penghasil rempah-rempah di Indonesia bagian barat.maka dari itu tak heran jika Demak semakin berkembang. Kedudukan Demak semakin kuat berkat pengusaan terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa. Selain sebagai kerajaan maritim, demak juga memiliki wilayah di pedalam, maka tak mengherankan jika demak juga memperhatikan permasalahan dibidang pertanian. Oleh karena itu hasil padi dari para petani sangat bagus sehingga Beras merupakan produk andalan dan menjadi komoditi dagang. Dengan demikian, kegiatan perdagangan yang didukung oleh hasil pertanian, yang mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan dibidang ekonomi.
Karena demak merupakan basis awal penyebaran agama islam di Pulau Jawa maka dari itu kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya islam. Demak juga berperan sebagai pusat penyebaran dan studi Islam,ada beberapa wali yang berkumpul di Demak seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang.
Peranan para wali tersebut sangatlah penting pada masa perkembangan kerajaan Demak, misalnya seperti yang dilakukan oleh Sunan Kudus yang memberi saran kepada Raden Patah untuk membuat siasat menghancurkan kekuatan portugis dan membuat pertahanan yang kuat di Nusantara. Demikian pula di bidang budaya, banyak sekali peninggalan kerajaan Demak masih dapat kita lihat . Salah satunya adalah Masjid Demak, masjid ini tergolong unik karena salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan- pecahan kayu yang disebut dengan soko Tatal. Sunan Kalijaga lah yang memimpin sendiri pembangunan Masjid Agung Demak. Di serambi depan Masjid inilah Sunan Kalijaga menciptakan dan menyampaikan dasar- dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad SAW) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon dan Surakarta. Hal tersebut menunjukan adanya akulturasi kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam.
Kemajuan Kerajaan Demak dalam berbagai bidang tidak bisa dilepaskan dari peran serta Islam dalam menyusun dan membentuk fondasi Kemasyarakatan Demak yang lebih Unggul, disamping itu peran serta para pemimpin dan para Wali juga turut membantu kejayaan Kerajaan Demak.
Tempat dimana kerajaan Demak didirikan sangat strategis untuk perdagangan Nasional karena karena menghubungkan indonesia bagian barat dan indonesia bagian timur, serta memiliki pelabuhan – pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang menjadi pelabuhan transito ( penghubung ) dan juga keadaan kerajaan Majapahit yang sudah hancur, yang menjadikan kerajaan Demak dapat menguasai jalur perdagangan indonesia dan dapat menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati. Selain menyebarkan agam islam, kesultanan Demak juga mempunyai peran penting dalam mengembangkan perekonomian, kesultanan ini juga mempunyai wilayah pertanian yang subur dan juga menjadi jalur transito yang menghubungkan pusat rempah-rempah yang berada di Maluku dengan pusat perdagangan dunia yang berpusat di selat Malaka.
Dengan demikian perdagangan di demak semakin berkembang pesat didunia maritim karena mendapat dukungan oleh penghasilan yang cukup besar dalam bidang agraris, dan mendapat dukungan dari pelabuhan-pelabuhan didaerah pesisir pantai pulau jawa. Sebagai suatu kerajaan islam yang terdapat dipedalaman, demak juga memperhatikan masalah per tanian, maka beras menjadi salah satu penghasilan yang meng untungkan bagi Demak yang memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.
Tahun 1518 Raden Patah meninggal dunia dan di makamkan didekat masjid Demak. Raden Patah meninggalkan 3 orang putra, yaitu Pati Unus, Pangeran Trenggono, dan Pengeran Sekar Seda Lepen yang juga mempunyai menantu yang bernama Fatahillah. Dalam masa pemerintahan Raden Patah, demak berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya perluasan dan pertahanan kerajaan, perkembangan islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama dengan para ulama dan umara ( penguasa ). (Muljana :2005). Keberhasilan Raden Patah dapat dilihat disaat Raden Patah berhasil menaklukkan Girindra Wardhana yang kemudian merebut Tahta dari kerajaan Majapahit (1478).
Tahun 1522, karena kehadiran Portugis yang mendapat izin dari kerajaan Pajajaran yang dibolehkan untuk membuka kantor dagang dipelabuhan Sunda Kelapa, dan merupakan ancaman bagi kerajaan Demak karena kehancuran pelabuhanpelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu, dan pada saat itu juga Demak dalam upaya untuk mengembangkan dan menguasai perdagangan nasional dan internasional, maka pada tahun 1513 demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka, dan sebelum Raden Patah meninggal, beliau meninggalkan wasiat supaya Pati Unus diangkat sebagai Sultan Demak berikutnya.
Perjuangan beliau digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus ( 1518 ). Portugis yang telah menduduki Malaka, pada tahun 1512 giliran Samudra Pasai yang jatuh ke tangan Portugis. Hal ini segera mendesak Pati Unus untuk melakukan penyerangan terhadap Portugis. Demak dibawah kepemimpinan Pati Unus adalah Demak yang menjadi berwawasan Nusantara. Pati Unus memiliki visi yang besar terhadap Demak, yaitu menjadikan kesultanan Demak sebagai kesultanan maritim yang besar. Pada tahun 1512, demak mempersiapkan armada besar sebanyak 375 kapal perang yang berada ditanah Gowa, Sulawesi yang masyarakatnya telah terkenal dengan pembuatan kapal. Setelah selesai pembuatan lalu Adipati Unus berangkat menuju Malaka. Namun setelah armada Demak telah sampai dipantai Malaka, armada pangeran adipati Unus ditembaki meriam oleh pasukan Portugis yang juga dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah yang berasal dari Kampar.
Setelah serangan pertama gagal, Adipati Unus mempersiapkan armadanya yang telah direnofasi dan telah disesuaikan dengan medan perang yang akan dihadapinya. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 dan untuk penyerangan kali ini didukung oleh Raja Malaka yang bernama Sultan Mahmud Syah yang berhasil melarikan diri dari kejaran tentara Portugis, Adipati Unus yang mempunyai gelar Senapati Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak 2 dan dari sinilah sejarah kerajaan Demak akan berubah, akan tetapi penyerangan yang dilakukan kembali gagal yang membuat Adipati Unus gugur dimedan perang ( 1521 ).
Adipati Unus gugur sebagai Syahid karena kewajiban membela sesama muslim yang tertindas penjajah ( portugis ) yang berniat memonopoli perdagangan rempah-rempah. Karena keberanian Adipati Unus, kemudian disebut masyarakat dengan gelar Pangeran sabrang Lor atau Pangeran yang gugur diseberang utara. Pimpinan Armada Gabungan Kesultanan Banten, Demak dan Cirebon segera diambil alih oleh Fadhlullah Khan yang oleh Portugis disebut Falthehan, dan belakangan disebut Fatahillah yang telah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tahun 1527. Di ambil alihnya oleh Fadhlullah Khan adalah atas inisiatif Sunan Gunung Jati yang menjadi mertua karena putri beliau yang menjadi janda dari pernikahannya dengan Adipati Unus ( Sabrang Lor ) yang kemudian dinikahkan dengan Fadhlullah.
Karena Adipati Unus meninggal dunia tanpa memiliki anak, maka digantikan oleh adiknya yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen, akan tetapi Pangeran ini dibunuh karena keserakahannya sehingga tahta Demak digantikan oleh adik Adipati Unus yang lain yang bernama Pangeran Trenggono. Setelah beliau naik tahta Demak beliau berkunjung kepada Sunan Gunung Jati dan memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Ariin. Sultan Trenggono adalah sultan Kerajaan Demak yang ketiga, beliau adalah putra dari Raden Patah yang lahir dari permainsuri Ratu Asyikah putri dari Sunan Ampel ( Muljana:2005 ).
Dibawah pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521-1546 ), Kesultanan Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya yang sangat luas meliputi Jawa Barat ( Banten, Jayakarta, dan Cirebon ), Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Sultan Trenggono juga melakukan tindakan-tindakan yang sangat penting bagi kerajaan Demak, yaitu menegakkan ajaran islam terhadap wilayah-wilayah yang telah dikuasai beliau seperti Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa, (perluasan kewilayah Jawa Barat dipimpin oleh Fatahillah ),juga membendung perluasan wilayah yang dilakukan olehPortugis dan berhasil juga menakhlukkan kerajaan Mataram,Singasari, dan Blambangan. Keberhasilan Sultan Trenggonountuk memperkuat dan memperluas kekuasaan Demak,ditahun 1527, tentara demak berhasil menguasai tuban, dansetahun kemudian berhasil menduduki Wonosari, dan tahun1529 berhasil menguasai Gagelang. Daerah kekuasaan Demakkemudian berlanjut menaklukkan medangkungan ( Blora,1530 ), Surabaya ( 1531 ), Lamongan ( 1542 ), dan jugawilayah gunung Penanggungan (1545), serta Blambangan yangmerupakan kerajaan hindu ter akhir di ujung timur pulau Jawa( 1546 ).
Di dalam catatan seorang Portugis yang bernama Fernandez Mendez Pinto pada tahun 1546, Sultan Trenggono wafat pada saat menyerang Panarukan, Situbondo yang saat itu telah dikuasai Blambangan. Sunan Gunung Jadi juga ikut serta membantu dengan mengirimkan prajurit gabungan prajurit Cirebon,Banten, dan Jayakarta sebanyak 7.000 orang prajurit yang dipimpin langsung oleh Fatahillah. Mendez Pinto pada saat itu sedang bersama 40 orang temannya yang berada dalam pasukan Banten. Pada saat itu pula pasukan Demak telah mengepung Panarukan selama 3 bulan, akan tetapi belum juga bisa merebut kota tersebut. Suatu ketika pada saat Sultan Trenggono bermusyawarah dengan para adipati-adipati untuk melancarkan serangan selanjutnya.
Putra dari bupati Surabaya yang berusia 10 tahun yang menjadi pelayan dari Sultan Trenggono tidak menjalankan perintah beliau, malah tertarik pada jalannya rapat sehingga yang membuat Sultan Trenggono marah dan memukul anak tersebut. Karena tidak terima dengan pukulan Sultan Trenggono, dengan spontan anak itu mengambil pisau dan menancapkannya didada Sultan Trenggono dan Sultan Demak tersebut tewas seketika.
Gugurnya sultan Trenggono di medan perang meninggalkan dua orang putra dan empat orang putri. Anak yang pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak yang kedua yaitu Sunan Prawoto yang menjadi Sultan Demak 4, anak yang ketiga perempuan yang menikah dengan Pangeran Kalinyamat, anak yang keempat perempuan menikah dengan pangeran yang berasal dari Cirebon, anak yang kelima perempuan yang menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur yang berkuasa didaerah Mediun dengan gelar Rangga Jumena.
Raden Mukmin adalah putra dari Sultan Trenggono disaat masih hidup yang turut membantu ayahnya naik Tahta Kerajaan Demak dan turut menyingkirkan Pangeran Sekar Seda Lepen. Beliau memindahkan ibukota bintara kebukit prawoto yang kemudian ia dijuluki sebagai Sunan Prawoto. Raden Mukmin juga mempunyai niatan untuk meneruskan usaha ayahnya untuk menaklukkan Jawa, karena beliau kurang ahli dalam berpolitik dan lebih menyukai hidup sebagai ulama suci. Prawoto tewas dengan meninggalkan seorang putra yang bernama Arya Pangiri yang diasuh oleh bibinya yang bernama Ratu Kalinyamat dari Jepara. Kemudian setelah dewasa, Arya Pangiri menjadi menantu dari Sultan Handawijaya, yaitu Raja Pajang, dan diangkat menjadi Bupati Demak.
Seketika setelah tewasnya Sultan Trenggono, membuat terjadinya perebutan kekuasaan didalam kerajaan Demak antara Pangeran Sekar Seda Lepen dan Sunan Prawoto untuk menjadi raja Demak. Pangeran Sekar Seda Lepen yang seharusnya menjadi pewaris tahta kerajaan Demak keturunan dari Raden Patah, yang menggantikan Sultan Trenggono malah dibunuh oleh Sultan Prawoto ( anak dari Sultan Trenggono ).
Putra dari Pangeran Sekar Seda Lepen yang bernama Arya Penangsang tidak terima ayahnya dibunuh, kemudian Arya Penangsang menyuruh anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membunuh Sultan Prawoto ( 1561 ), disuatu malam Rangkud berhasil menyusup masuk kamar Sunan Prawoto lalu terbangunlah beliau, pada saat itu dengan spontan Sultan Prawoto mengakui kesalahannya membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen, dan beliau rela dibunuh asalkan keluarganya diampuni. Rangkudpun setuju dan langsung menikam Sultan Prawoto dibagian dada sampai tembus dan tertanya istri Sultan Prawoto yang sedang berlindung dibelakang punggung beliau juga terluka karena pisau tersebut, melihat istrinya tewas seketika Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.
Tidak Cuma itu, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri yang tidak lain adalah suami Ratu Kalinyamat, yang juga adik dari Sunan Prawoto, dengan kematian Pangeran Kalinyamat, maka janda suami dari Pangeran Kalinyamat membuat sayembara “Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, akan menjadi suamiku dan mendapatkan harta bendaku”. Pangeran Hadiri dibunuh karena diduga sebagai penghalang Arya Penangsang untuk menjadi sultan Demak. Setelah berhasil membunuh Sultan Prawoto dan pengikutnya, naiklah Arya Penangsang ke tahta kerajaan Demak.
Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Handawijaya yang berkuasa di pajang mendengar sayembara tersebut dan langsung menyanggupinya karena beliau juga adik ipar dari Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat.
Jaka Tingkir yang juga dibantu oleh Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan berhasil membunuh Arya penangsang dan menjatuhkan beliau serta pengikutnya dari tahta kerajaan Demak ( 1586 ). Sebagai rasa terima kasih karena membantu dalam pertempuran melawan Arya Penangsang, Jaka Tingkir memberi hadiah Ki Ageng Penjawi tanah di wilayah Pati serta Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah tanah wilayah Mataram, sedangkan Bupati Surabaya yang banyak menundukkan daerah-daerah wilayah jawa timur diangkat menadi wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan. Jaka Tingkir lalu memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang.
Dinasti Kerajaan Demak berakhir pada tahun 1546, yang hanya bertahan selama 68 tahun sejak berdirinya kerajaan Demak. Secara berturut-turut, hanya tiga Raja Demak yang berhasil membawa Demak pada masa Kejayaannya, yaitu Raden Patah sebagai raja pertama, Adipati Muhammad Yunus atau lebih dikenal dengan nama Pati Unus sebagai raja kedua, dan Sultan Trenggono sebagai Raja ketiga ( 1524-1546 ).
Faktor-faktor yang mendorong kemajuan Demak adalah :
- Letaknya Strategis di daerah pantai
- Pelabuhan Bergota di Semarang, merupakan pelabuhan eskpor-impor yang penting bagi Demak
- Memiliki sungai sebagai penghubung dengan daerah pedalaman, sehingga membantu pengangkutan hasil pertanian berupa beras sebagai komoditas ekspor utama Demak
- Runtuhnya kerajaan Majapahit oleh Demak membuat Demak berkembang pesat dengan leluasa tanpa ada ancaman dari kerajaan besar lainnya di pulau Jawa.
Pemerintahan Raden Patah berlangsung pada akhir abad ke-15 hingga awal abad ke 16. Beliau wafat pada tahun 1518 ketika perjuangan Raden Patah melawan Portugis belum selesai, sepeninggalan Raden Patah kepemimpinan diserahkan kepada puteranya, Adipati Unus ( Pangeran Sebrang Lor ). Gelar Pangeran Sabrang Lor diberikan bukan tanpa alasan, gelar ini didapatkan oleh Adipati Unus karena karena beliau pernah menyeberang/ melakukan ekspedisi penyerangan ke utara untuk menyerang Portugis yang berada di sebelah utara ( Malaka ).
Selain mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor, Adipati Unus juga diketahui memiliki julukan lain diantaranya adalah Cu Cu Sumangsang atau Harya Penangsang. Kepemimpinannya Adipati Unus ini hanya berlangsung selama tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan dalam sejarah kerajaan Demak, tetapi Adipati Unus tidak hilang begitu saja namanya bahkan terkenal karena keberanian dan kegagahan dalam ekspedisi penyerangan Portugis di Malaka. Dalam beberapa cerita dikatakan bahwa Harya Penangsang mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal dari daerah-daerah taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara. Daerah yang memiliki kemampuan pembuatan kapal dengan bahan yang bagus dan aerodinamis dalam air yang baik pula.
Kemudian pemerintahan dari Adipati Unus diserahkan kepada saudaranya yaitu Sultan Trenggono/ Tranggana. Dia memerintah kurang lebih selama 34 tahun yaitu antara tahun 1512-1546. Dimasa pemerintahannya, kerajaan telah diperluas ke barat dan ke hulu Sungai Brantas atau pada saat ini dikenal dengan kota Malang. Sebagai lambang kebesaran Islam, Masjid Demak pun dibangun kembali pada masa pemerintahannya.
Perjuanagan Pangeran Trenggono tidak kalah oleh para pendahulunya jika ditinjau dari penjelasan tersebut diatas. Meskipun Pangeran Trenggono merasakan bahwa keberadaan orang-orang Portugis di Malaka sebagai ancaman dan bahaya. Akan tetapi Sultan Trenggono belum sanggup menggempur langsung bangsa Portugis tersebut. Mengetahui kondisi yang tidak memungkinkan tersebut Pangeran Trenggono berusaha pelan-pelan memperluas daerah kekuasaannya dengan mencoba merebut daerah-daerah yang dikuasai oleh Portugis di Sumatra Utara, hal ini diharapkan dapat melemahkan dukungan baik dari posisi maupun bala bantuan yang akan membantu Portugis ketika suatu saat kerajaan Demak akan menyerang.
Sejarah kerajaan Demak juga tidak terlepas dari nama Fattahilah, Fattahilah adalah seorang ulama terkemuka dari Pasai yang sempat melarikan diri dari kepungan orang Portugis, dalam pelariannya ke Demak dia diterima baik oleh Trenggono dan kemudian dinikahkan dengan adiknya. Dalam sumbangsihnya di kerajaan Demak Fattahilah dapat menghalau kemajuan orang-orang Portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan Kerajaan Pejajaran di Jawa Barat yaitu Banten dan Cirebon. Yang dalam kelanjutan sejarahnya merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Banten dan Cirebon Islam.
Fattahilah yang berjuang dalam perluasan wilayah untuk mengurangi kekuatan daerah-daerah yang dikuasai oleh Portugis, Sultan Trenggono juga tidak mau kalah, bahkan terhitung memiliki prestasi yang bagus dengan berhasil menaklukan kerajaan Mataram kuno dipedalaman Jawa Tengah dan juga kerajaan Singasari Jawa Timur bagian selatan. Sedangkan Pasuruan dan Panukuan dapat bertahan dari gempuran pasukan Sultan Trenggono, untuk Kadipaten Blambangan menjadi bagian dari Kerajaan Bali yang tetap menganut Agama Hindu. Namun dalam usahanya untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Trenggono Wafat. setelah wafatnya Sultan Trenggono, timbulah perselisihan yang habat di Demak terkait siapa yang berhak menggantikannya.
Kekacauan lain yang terjadi akibat meninggalnya Sultan Trenggono bertambah parah dengan adanya pertempuran antara para calon pengganti Raja. Bahkan Ibukota Demak mengalami kerusakan yang cukup parah hancur karena perang saudara tersebut. Para calon pengganti raja yang bertikai itu antara lain anak Trenggono, Sunan Prawoto dan Arya Penangsang anak dari Pangeran Sekar Ing Seda Lepen, adik tiri sultan trenggono yang dibunuh oleh Sunan Prawoto ketika membantu ayahnya merebut tahta Demak. Arya penangsang mendapat dukungan dari gurunya Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak, mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya.
Pada tahun 1549 menurut Babad Tanah Jawi, diceritakan bahwa pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Dihadapan Rangkud Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni, mendengar penjelasan tersebut Rangkud lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Tanpa disadari ternyata istri Sunan sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya ia pun tewas terkena tusukan dari Rangkud. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan dengan sisa tenaganya ia membunuh Rangkud.
Arya Penangsang tidak berhenti dengan membunuh Sunan Prawoto saja, dia juga membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya dikerajaan yaitu Sultan Hadlirin, istri dari adipati Jepara yaitu Ratu Kalinyamat bersumpah akan membalaskan dendam suaminya terhadap Arya Penangsang. Kemudian Ratu Kalinyamat meminta bantuan kepada Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ), menantu Sultan Trenggono yang berkuasa di Pajang ( Boyolali ). Akhirnya, Joko Tingkir dapat membuuh Arya Penangsang. Hingga Pada tahun 1586, Keraton Demak pun dipindah ke Pajang.
Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan cara dalam penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan yang merupakan bekas kekuasaan kerajaan Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran berharga dari sejarah cerai-berai yang akan membahayakan kesatuan dan persatuan.
Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Demak
Raja – raja yang memerintah di kerajaan Demak antara lain :
1. Raden Patah ( 1500 – 1518 )
Nama kecil Raden Patah adalah Pangeran Jimbun dan setelah menjadi raja Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting Pada masa pemerintahan Raden Patah. Untuk itu atas perintah para wali, dibangunlah Masjid Agung Demak sebagai lambang kekuasaan Islam di daerah Demak. Menjadi keuntungan tersendiri bagi Demak ketika jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, dikarenakan posisi Demak menjadi semakin penting, baik dalam arti dan peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam maupun sebagai penghubung dalam perdagangan rempah-rempah yang sudah berlangsung ratusan tahun sebelumnya. Namun, di sisi lain berkembangnya Demak menjadi pusat perdagangan rempah-rempah juga merupakan ancaman bagi kekuasaan Demak karena pasti akan menjadi perhatian dari Portugis. Oleh karena itu sebelum Portugis datang ke Demak, pada tahun 1513 Demak terlebih dahulu mengirimkan armadanya untuk menyerang Portugis di Malaka dibawah pimpinan Pati Unus, putra Raden Patah. Serangan yang dibantu oleh Aceh dan Palembang itu gagal karena kualitas persenjataan yang kurang memadai.
2. Pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 ) wafatnya Raden Patah Pada tahun 1518 menjadikan Pati Unus yang tidak lain adalah putra dari Raden Path itu sendiri menjadi penerus kerajaan. Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan juga pemimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka dengan ratusan kapal dari Jawa. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga terbilang cerdik dalam strategi perang, Pati Unus mengirimkan Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di Malaka, sehingga mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makan.
3. Pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 ) Pati Unus tidak memiliki putra. Ketika beliau wafat, sehingga tahta kerajaan digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah Demak mencapai masa kejayaan. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana dan gagah berani seperti kakaknya Pati Unus. Wilayah kekuasaan yang berhasil ditaklukkannya bahkan terbilang sangat luas dibandingkan dengan masa pemerintahan Raden Patah yaitu meliputi Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada masa pemerintahan Raden Trenggono Portugis mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat dan merencanakan mendirikan benteng Sunda Kelapa untuk berlindung dari serangan yang mungkin dilakukan oleh Demak. Sesuai prediksi oleh Portugis akhirnya pada tahun 1522 Sultan Trenggono benar-benar mengirimkan tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah. Pengiriman pasukan Demak ke Jawa Barat bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis. Tahun 1527 Fatahillah beserta para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dan mulai saat itulah Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna, sekarang kota Jayakarta kita kenal dengan sebutan Jakarta.
Sultan Trenggono mempunyai cita-cita untuk menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan kerajaan Demak. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut Sultan Trenggono mengambil langkah sebagai berikut :
1. menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin Fatahillah
2. menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang ) dipimpin Sultan Trenggono sen diri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil bah kan Sultan Trenggono sendiri meninggal dalam peperang an tersebut.
- Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
- Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
- Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya (adipati Pajang)
- Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon ).
Sebuah pelajaran dari sejarah bahwa perebutan kekuasaan dan perpecahan dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan. Bangsa Indonesia harus belajar dari sejarah Kerajaan Demak jika tidak ingin hancur, bukan tidak mungkin jika para penguasa negeri ini melakukan kesalahan yang sama maka nasib negeri ini akan seperti Kerajaan Demak.
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting dalam peranan penyebaran Islam di tanah air, masjid ini dibangun tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Masjid ini dahulunya digunakan sebagai tempat berkumpulnya para wali syiar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul di Masjid Agung untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Maka dari itu, masjid ini bisa dianggap sebagai saksi bisu penyebaran Islam di Indonesia dan bukti salah satu kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.
Letak Masjid Agung Demak adalah di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro.
Menurut legenda, pendirian masjid ini hanya dilakukan secara bersama-sama dalam tempo satu malam. Dalam cerita Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang adanya gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479. Luas bangunan yang terbuat dari kayu jati ini memiliki ukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang menggunakan empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus atau yang lebih dikenal sebagai Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor, sultan Demak ke-2 pada tahun 1520.
![]() |
Masjid Agung Demak. FOTO/Istimewa |
Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju “hadiah” dari Nabi Muhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.
Para wali sering berkumpul di masjid ini untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan juga mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini menjadi tempat bersejarah tentang penyebaran ajaran islam di indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintara yang masih ada hingga sekarang ini dan sebagai tempat penyebaran islam pertama di Jawa, dan sebagai tempat para Wali berkumpul. Masjid Agung Demak mempunyai tiga tahap dalam pembangunannya.
Tahap pembangunan yang pertama adalah pada tahun 1466. Para wali tersebut juga mempunyai peranan penting pada masa kerajaan Demak dan juga sebagai penasehat dari Raja Demak. Yang menjadikan hubungan yang terjalin erat antara raja dan bangsawan, juga ulama dengan rakyat. Terjadinya hubungan yang erat tersebut karena sering diadakannya pembinaan di Masjid maupun di pondok pesantren sehingga terciptalah kebersamaan atau Ukhuwah islamiah ( persaudaraan yang terjalin diantara orang-orang islam ).
Ketika itu masjid Demak masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi yang berada di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid Demak dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478,pada saat Raden Patah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjidini kembali direnovasi lagi dengan penambahan tiga trap. RadenFatah bersama para Walisongo memimpin proses pembangunanmasjid ini dengan dibantu masyarakat yang berada disekitarnya.
Para wali saling membagi tugas masing-masing. Secara umum, para wali membuat soko guru yang menjadi tiang penyangga utama dari masjid tersebut. Namun, juga ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainya, yaitu: Sunan Bonang memimpin pembuatan soko guru yang berada di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru yang berada di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru yang berada di bagian tenggara; dan Sunan Gunung jati membuat soko guru yang berada di sebelah barat daya.
Bangunan masjid juga ditopang dengan dengan jumlah 128 soko, empat di antaranya merupakan soko guru yang berperan sebagai penyangga utamanya masjid. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah. Mesjid ini juga mempunyai lima buah pintu yang saling menghubungkan, yang juga memiliki makna rukun islam, yaitu shahadat,zakat,shalat,puasa, dan haji. Juga 6 buah jendela yang mempunyai makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitabNya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki.
Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitabNya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.
Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah. Dan ada satu keistimewahan satu buah tiang yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreatiitas masyarakat pada saat itu.
Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi alam yang mendukung ketersediaan kayu juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.
Mesjid Agung Demak juga sebagai lambang kekuasaan yang bercorak islam adalah suatu sisi yang tidak bisa dipisahkan dari Kesultanan Demak Bintara. Bangunan ini juga dijadikan salah satu markas para Wali untuk mengadakan Sekaten. Pada saat upacara sekaten dimulai, dibunyikanlah gamelan dan rebana di depan serambi masjid, sehingga masyarakat berbondong – bondong mendatangi dan memenuhi tempat diadakannya acara sekaten tersebut. Lalu para wali mengadakan semacam pengajian akbar, sehingga masyarakatpun dituntun untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat.
Alasan begitu cepatnya perkembangan Demak yang menjadi pusat perniagaan, serta pusat penyebaran islam, tidak terlepas dari berdirinya masjid Agung Demak. Jadi dari sinilah semua raja dari Kesultanan Demak dan para Walisongo memulai perluasan daerah kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa.
Wali Songo diantaranya: Sunan Bonang, Sunan Derajat adalah putra Sunan Ampel yang sebelumnya telah bertempat tinggal di kampung Ampel Denta (Surabaya), sunan Kalijaga yang disebut pula Jaka Sayid adalah putra seorang tumenggung Majapahit, Sunan Giri adalah hasil perkawainan antara seorang putri Blambangan dengan seorang Muslim. Sunan Gunung Jati putra Rara Santang atau Syarifah Modai’im, putri Prabu Siliwangi. Sunan Rahmat yang dalam babad dikatakan datang dari Campa, ia adalah saudara sepepu permaisuri Brawijaya.
Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar wali dianggap sebagai pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir. Tidaklah semua wali yang tergolong Wali sanga atau wali sembilan berasal dari negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali sanga menurut cerita dalam babad-babad berasal dari Jawa sendiri.
0 Komentar